Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts Today

Perbanyak Makan Buah dan Sayur

Written By limadu on Selasa, 27 Maret 2012 | 20.55

BUAH dan sayur-sayuran menurut kesimpulan dari peneliti di Universitas St Andrews, Skotlandia, mampu membuat seseorang menjadi lebih atraktif. Penelitian yang melibatkan 35 orang relawan ras Kaukasia mengamati dampak asupan buah dan sayur-sayuran selama enam minggu.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa konsumsi buah dan sayur-sayuran dapat membuat seseorang lebih atraktif dalam hal pekerjaan, pola pikir, dan juga kegiatan sehari-hari.

Seperti yang dikutip dalam Dailymail, dampak positif itu disebabkan oleh pigmen karotenoid yang terdapat dalam buah dan sayur-sayuran. Selain membuat makin atraktif, dari hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Plos One, mengonsumsi buah dan sayur-sayuran akan berpengaruh pada kecerahan serta kesehatan kulit.
20.55 | 0 komentar | Read More

Buah dan Sayur Solusi Kanker

Buah dan Sayur Solusi Kanker SEBUAH penelitian di Korea menemukan bahwa buah dan sayuran dapat membantu melindungi tubuh dari serangan kanker usus besar. Senyawa luteolin dan flavonoid yang terdapat banyak di buah dan sayuran terbukti memiliki anti inflamasi, anti oksidan, dan anti kanker.

Dalam penelitian tersebut, disimpulkan bahwa bahwa luteolin mampu menghambat aktivitas jalur sel sinyal (IGF dan PI3K) yang penting untuk pertumbuhan kanker pada sel kanker usus besar.

Para peneliti dari Korea menunjukkan bahwa luteolin mampu memblokir sekresi IGF-II oleh sel kanker usus besar dan dalam waktu dua jam dengan cara menurunkan jumlah reseptor (IGF-IR) protein precursor, selain itu Luteolin juga mengurangi jumlah reseptor aktif (diukur dengan IGF-I fosforilasi).

Penelitian yang dipimpin oleh Prof Han Jung Yoon Taman, menemukan bahwa sel luteolin yang terkena jalur sinyal yang diaktifkan oleh IGF-I pada kanker dan Luteolin menghambat efek stimulasi pertumbuhan IGF-I.

"Studi kami, menunjukkan bahwa luteolin mengganggu sel sinyal pada sel kanker usus besar," kata Yoon Taman.

Hasil penelitian tersebut menjadi penambah deret bagaimana pentingnya konsumsi buah dan sayuran dalam kehidupan sehari-hari, agar terbebas dari beragam penyakit, khususnya kanker.
20.53 | 0 komentar | Read More

Hipertensi Cegah dengan BUAH ara

Hipertensi Cegah dengan BUAH ara BUAH ara atau yang dikenal sebagai 'figs' dalam bahasa Inggris, 'figue' dalam bahasa Perancis memang belum terlalu popular di Tanah Air. Bagi orang Indonesia, umat kristiani memang mengenalnya dengan buah ara, sedangkan umat muslim mengenalnya dengan buah tin.

Buah berasa manis ini ternyata kaya nutrisi dan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Meski musiman, buah ini kerap tersedia dalam bentuk yang dikeringkan. Rasanya pun akan lebih manis dalam bentuk kering dan bernutrisi karena mengandung vitamin A, B, and mineral seperti seperti fosfor, zat besi, kalsium, dan mangan. Berikut adalah beberapa manfaat buah ara yang mungkin belum diketahui oleh Anda:

a. Pektin, serat larut ini bisa ditemukan dalam buah ara yang bermanfaat bagi sistem pencernaan. Serat larut ini juga membantu membersihkan kolesterol yang terakumulasi dalam tubuh.

b. Hipertensi bisa timbul jika kadar kalium natrium terlalu tinggi dan kaliumnya rendah dalam tubuh. Buah Ara rendah sodium dan tinggi kalium sehingga ampuh cegah hipertensi.

c. Buah ara yang dikeringkan mengandung omega-3 dan asam lemak omega-6 bersama dengan fenol. Semua itu berguna mencegah penyakit jantung koroner.

d. Buah ara juga kaya kalsium sehingga baik untuk penguatan tulang.

e. Karena kaya kalium, buah ara membantu mengatur gula darah. Ini tentunya bermanfaat bagi penderita diabetes.

f. Makan buah ara efektif mengobati sakit tenggorokan karena kandungan lendir yang tinggi.

g. Selama ini, buah ara juga telah digunakan untuk mengobati kelemahan seksual. Caranya, rendam sekitar 2-3 buah ara dalam susu selama semalam dan makanlah di pagi harinya.

h. Karena kandungan zat besinya, buah ara berguna mengobati anemia.

i. Lumat buah ara segar dan oleskan ke wajah, biarkan selama 10-15 menit. Ini efektif untuk mengobati jerawat.

j. Makan buah ara dapat memulihkan rasa lelah dan meningkatkan kekuatan otak.
20.35 | 0 komentar | Read More

Kiwi Kaya akan Gizi

Kiwi Kaya akan Gizi BUAH kiwi mengandung beragam zat nutrisi yang bermanfaat menjaga kesehatan tubuh. Buah khas Selandia Baru ini pun layak menjadi alternatif pilihan. Selama ini jeruk menjadi buah yang identik dengan vitamin C. Namun tahukah Anda, buah kiwi mengandung vitamin C dengan kadar dua kali lipat lebih banyak daripada jeruk?

Fakta itu diungkapkan Lynley Drummond, Health Science Manager Zespri International. Zespri merupakan organisasi pemasar buah kiwi terbesar dari Selandia Baru. Atas undangan Zespri yang tengah melebarkan sayap pemasarannya ke kawasan Asia Tenggara, awal Mei lalu Media Indonesia bersama rombongan jurnalis dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand berkesempatan mengunjungi Selandia Baru untuk mengenal buah kiwi lebih jauh.

"Cukup dengan mengonsumsi satu buah kiwi per hari, Anda sudah dapat memenuhi kebutuhan harian vitamin C," ujar Linley.

Lebih jauh, doktor bidang teknologi pangan lulusan Massey University Selandia Baru itu menjelaskan, selain kaya akan vitamin C, kiwi juga sarat dengan kandungan nutrisi lain. Ia pun membeberkan hasil-hasil studi ilmiah tentang kiwi dan efek sehatnya. Salah satunya tentang efek antioksidan atau perlindungan kiwi terhadap kerusakan sel akibat proses oksidasi. Sejumlah studi membuktikan konsumsi kiwi dapat memperbaiki kerusakan DNA sel.

"Oksidasi akibat lingkungan dan gaya hidup tidak sehat menyebabkan rusaknya sel yang dapat memicu gangguan jantung dan pembuluh darah, kanker, diabetes, serta peradangan," jelas Lynley.

Menurut Linley, belum diketahui secara jelas bagaimana kiwi mampu memberikan efek perlindungan tersebut. Diduga kuat hal itu berkat kandungan vitamin C yang memang tergolong zat antioksidan dan zat-zat bioaktif fitokimia lain seperti karotenoid dan polifenol.

Jika dinilai dari parameter glycaemic index (GI), kiwi juga tergolong buah yang menyehatkan. GI adalah parameter yang menunjukkan fluktuasi kadar gula darah akibat konsumsi bahan pangan tertentu. Semakin rendah GI sebuah bahan pangan, maka semakin sehat pangan tersebut. Pada bahan pangan ber-GI rendah, glukosa (gula) yang dihasilkan dari proses pencernaannya dilepas secara perlahan ke dalam darah sehingga tidak menyebabkan peningkatan kadar gula darah secara drastis.

Standar internasional mengategorikan sebuah bahan pangan memiliki GI tinggi bila nilainya lebih dari 70, dikategorikan sedang (moderat) bila GI antara 56-69, dan rendah bila nilainya di bawah 55. Dalam hal ini, kiwi memiliki GI dalam kisaran 39,3-48,5.

"Dengan GI yang rendah, kiwi cocok untuk penderita diabetes yang harus mengontrol gula darahnya setiap saat, menekan kolesterol, dan risiko penyakit jantung," jelas Linley.

Bahan pangan dengan GI yang rendah, lanjut Linley, juga bermanfaat untuk program diet. Sebab, GI yang rendah membuat kadar gula darah stabil dalam jangka lama. Hal itu memberi efek kenyang lebih lama.

Dan bagi Anda yang memiliki masalah susah buang air besar (konstipasi), mungkin kiwi bisa menjadi solusi. Sebab kandungan serat dalam kiwi bermanfaat melancarkan urusan ke belakang. Tak hanya itu, kiwi juga terbukti memiliki efek prebiotik yang bermanfaat untuk meningkatkan populasi bakteri baik dalam usus dan menekan pertumbuhan bakteri jahat (patogen).

Soal ini, lagi-lagi, sudah dibuktikan melalui studi-studi ilmiah. Salah satunya yang dilakukan kelompok peneliti Selandia Baru dan dipublikasikan di Proceedings of the Nutrition Society of New Zealand pada 2007. Hasilnya mengungkapkan, konsumsi kiwi meningkatkan jumlah bakteri asam laktat (bakteri baik), dan menekan pertumbuhan Escherichia coli (patogen) dalam usus.

Segar lebih baik

Di Selandia Baru, kiwi merupakan buah yang sangat populer. Kiwi menjadi bahan yang digunakan dalam berbagai makanan olahan. Mulai jus, selai, bahkan keripik. Kiwi juga menjadi pelengkap dan penghias (garnish) menu-menu makanan.

Namun begitu, untuk mendapatkan manfaat optimum dari kiwi, Linley menganjurkan untuk mengonsumsinya dalam bentuk buah segar. Sebab kiwi segar relatif lebih terjaga keutuhan kandungan nutrisinya. "Pemanasan yang terlalu tinggi atau pemrosesan yang terlalu panjang bisa membuat kadar nutrisi kiwi berkurang," ujar Linley.

Linley mengingatkan, sebagaimana jenis pangan lain, buah kiwi juga bisa memicu reaksi alergi pada orang-orang yang sensitif terhadap zat-zat dalam kiwi. Diakuinya, ada beberapa laporan kasus alergi akibat kiwi. Namun ia menilai hal itu wajar saja, karena reaksi alergi juga dapat muncul pada konsumsi buah jenis lainnya.

Hal yang sama juga berlaku untuk orang-orang yang sangat sensitif terhadap makanan bersifat asam. Mengingat, kiwi termasuk buah yang cenderung bersifat asam. "Reaksi alergi sangat bergantung pada kondisi individual seseorang," terang Linley.

Pada kesempatan terpisah, koordinator pelayanan masyarakat Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr Inge Permadhi SpGK mengingatkan pentingnya konsumsi beragam buah sebagai bagian dari konsep gizi seimbang.

"Kiwi bisa menjadi alternatif pilihan karena mengandung beragam zat gizi yang dibutuhkan tubuh," ujar Inge dalam jumpa pers bertema Sehat dengan buah kiwi, di Jakarta, kemarin Kiwi Kaya akan Gizi
20.34 | 0 komentar | Read More
techieblogger.com Techie Blogger